“Kalau belajar sekedar
belajar, hewan di tempat sirkus juga belajar”.
Belajar adalah
mempelajari sesuatu yang baru, yang tidak diketahui sebelumnya. Hal tersebut
membuat makhluk hidup dapat melakukan sesuatu, selain hal-hal yang umumnya bisa
dia lakukan begitu dia lahir di bumi ini. Semakin dia dapat melakukan sesuatu
dengan baik dan banyak, artinya dia telah semakin banyak belajar.
Tapi, apakah semua
makhluk hidup memiliki cara belajar yang sama?
Tidak. Contohnya
manusia dan hewan, keduanya makhluk hidup, tetapi manusia diberi akal,
kemampuan berpikir yang lebih daripada hewan. Dengan begitu, manusia dituntut
untuk terus berinovasi, menciptakan sesuatu yang baru, menciptakan peradaban,
dan berevolusi. Sehingga, berbeda dengan hewan, manusia berkembang dari masa ke
masa. Sedangkan hewan? Tetap sama dari masa ke masa.
Tapi, tidak semua hewan
sama saja perilakunya dari masa ke masa. Ada, hewan yang belajar, sehingga
lebih istimewa dari jenisnya yang lain. Contohnya, hewan sirkus.
Seekor lumba-lumba
dapat melewati sebuah lingkaran berapi, dapat berhitung, dan berdansa di atas
air. Bukan hanya lumba-lumba, anjing laut, beruang, bahkan monyet, dapat
bermain peran dalam suatu pementasan jalanan, ‘topeng monyet’.
Nah, tapi ternyata
mereka bisa belajar, karena adanya manusia yang melatih mereka. Mereka tidak
bisa berkembang sendiri. Mereka hanya ‘meniru’. Tanpa ajaran yang berkembang,
mereka akan tetap meniru hal yang sama. Terus seperti itu, tanpa ada inovasi,
karena mereka hanya meniru.
Maka dari itu, sebagai
manusia, boleh lah kita malu pada diri sendiri, dan hewan-hewan di sekitar
kita, apabila cara belajar kita masih sekedar ‘meniru’. Semua yang diajarkan
dosen, misalnya, ditelan bulat-bulat. Kemudian tanpa ada inovasi, dikeluarkan
pula bulat-bulat, bahkan lebih sedikit dari itu. Bila ada masalah baru, yang
berbeda jauh dari ajaran dosen, kita tak mampu menyelesaikannya. Harus menunggu
diarahkan, baru lah kita bisa. Padahal internet sudah tersedia, buku-buku
bergelimangan di luar sana, dan jurnal-jurnal sudah disediakan kampus tercinta.
Perintah Tuhan, ‘iqra’ atau ‘bacalah’ nya, dilupakan begitu saja.
Jadi, patutkah kita,
sebagai manusia yang beruntung, sekedar meniru ajaran dosen atau guru? Jadi,
maukah kita, disamakan dengan makhluk hidup jenis lain, diluar sana? Jadi,
maukah kita, kembali membaca?
“Kalau belajar sekedar
belajar, hewan di tempat sirkus juga belajar”.
Depok, 20 Desember 2015
Ratna S Gandana