Selasa, 15 Desember 2015

Begitu Singkat dan Bermakna

Di dalam hidup, pasti ada suatu episode dimana kita berhasil dan gagal. Ada juga suatu episode, dimana kita benar-benar bersyukur. Ada pula suatu episode dimana kita bersumpah serapah, lupa akan nikmat yang selalu didapatkan di setiap hembusan nafas.

Semua itu berlangsung begitu saja. Begitu singkat. Tak bisa diulang kembali. Karena hal itu berikatan dengan waktu, sesuatu yang paling mahal di dunia ini.

Benarkah begitu singkat?
Ya. Pernahkah kita mengalami suatu keberhasilan? Apakah pestanya berlangsung seumur hidup? Tidak. Hanya sebentar. Misalnya, ketika pemilihan presiden kemarin. Pesta digelar, jalanan tumpah oleh rakyat dan sampah yang dibawanya. Semuanya bahagia, menyambut 'Era Baru' yang dibawa oleh Presiden Jokowi. Tetapi, setelah hari itu berakhir? Semua orang kembali seperti biasa. Masalah-masalah yang dihadapi dan kian pelik, membuat semua orang lupa akan kebahagiaan itu.

Oh, tidak perlu lah kebahagiaan pak Presiden dan beberapa rakyatnya. Diri kita saja. Pernahkan mendapat kebahagiaan itu? seperti diberi hadiah, memenangkan sesuatu, mendapat nilai bagus, dll. Apakah 'euforia'nya berlangsung selama kita hidup?

Tidak. Euforia itu hanya sekejap. Hanya sebuah episode dalam hidup ini. Begitu singkat.

Di dalam singkatnya euforia itu, kita benar-benar bahagia. Bersyukur. Bahkan merasa bahwa Allah ada di samping kita. Dunia mendukung kita. Alam raya ini berseru, untuk kita.

Tapi, 'euforia' yang singkat ini, akan menjadi lebih singkat. Ketika suatu episode bernama 'kegagalan' muncul. Apalagi bila secara tiba-tiba.

Sumpah serapah, alkohol,  rokok, dan kawan-kawannya pun muncul. Menemani episode kegagalan ini, sebagai bentuk koping. Terkadang, rasa syukur yang diumbar saat episode keberhasilan tercapai pun, menguap begitu saja. Seakan lupa, bahwa kita pernah berhasil.

Rasa-rasanya di episode ini, suatu pepatah memang paling pas untuk diungkapkan. "Kemarau setahun, hilang oleh hujan satu hari."

Begitu singkat. Singkat sekali.

Lalu, untuk apa kita melewati episode singkat itu? Apakah Allah, yang telah menakdirkan kita episode-episode tersebut, hanya bermain-main saja? Apakah kita hanya melewatinya begitu saja?

Tidak, kawan, pasti ada maknanya.

Bahkan, apel yang jatuh dari pohonnya saja begitu bermakna, membuat Newton berhasil mengemukakan konsep gravitasi.
Bahkan, Archimedes pun menemukan hukum archimedesnya dari bak mandi.

Walau episodenya sesingkat itu, tapi bermakna, bukan?

Nah, apakah episode kebahagiaan dan kesedihan juga bermakna?

Tentu saja. Bermakna. Bisa menjadi pelajaran, diambil intisari.

Dan satu hal yang pasti. Akan lebih bermakna dan abadi, apabila ia disyukuri.
Benar, disyukuri.
Semakin disyukuri, maka kejadian itu akan semakin mengingatkan kita pada Yang MahaKuasa, Sang Pencipta. Semakin kita mengingat-Nya, Pemilik Keabadian di dunia ini, maka akan semakin abadi, rasa syukur itu. Akan semakin abadi, episode itu. Dan akan semakin abadi, pelajaran itu.

Loh, bukankah kekalahan itu lebih baik dilupakan?

Kata siapa? Apakah pelajaran hanya bisa didapatkan dari kemenangan? Apakah hal tersebut tidak bermakna?

Selama itu adalah episode dalam hidup kita, bila terus disyukuri, maka akan menjadi lebih abadi dan bermakna. Walau episode nya hanya sesingkat itu.

"Karena tak ada satu episode pun dalam hidup kita, yang tidak ada maknanya".

Depok, 15 Desember 2015
Ratna S Gandana




Tidak ada komentar:

Posting Komentar