Malam ini, aku hanya ingin berterimakasih sebelum aku tertidur.
Aku ingin berterimakasih kepada-Nya, karena sampai tulisan ini dibuat, nikmat yang Ia berikan tak
pernah terputus.
Nikmat sehat.
Aku bersyukur hampir semua organ tubuhku bekerja dengan baik, walau beberapa ada yang mulai sakit.
Aku bersyukur, masih bisa bernafas dengan baik, walaupun aku tak pernah memakai masker untuk melindungi kebersihan paru-paruku.
Aku bersyukur, masih bisa melihat, walau aku begitu jahat pada mata ini. Memaksanya untuk terjaga hingga pukul tiga dini hari, hanya untuk melakukan hal-hal tidak penting.
Aku bersyukur masih bisa mendengar, walau denngan sadisnya aku memakai headset lebih dari satu jam dengan volume suara yang hampir penuh.
Dll.
Rasanya terlalu banyak, tapi let me mention it in another occasion.
Itu aja, aku ingin berterimakasih.
Karena aku tidak ingin menjadi manusia congkak, yang lupa pada penciptanya.
Kamu sudah?
Minggu, 31 Januari 2016
Teman dan Kenangan
Tanpa kenangan, tidak akan ada teman yang dikenang.
Tanpa teman, tidak akan ada kenangan bersama teman.
Dengan adanya kenangan, teman akan menjadi teman yang dikenang.
Dengan adanya teman, akan ada kenangan bersama teman.
Teman dan Kenangan, bisa dipisahkan oleh kenangan yang diinginkan.
Teman dan kenangan, akan indah bila disatukan.
Teman dan kenangan, akan menyakitkan bila disatukan.
Teman dan kenangaan, semua diatur oleh Tuhan.
Sebaik apapun kita berusaha untuk berteman, bila kehendak Tuhan memberikan kenangan tidak menyenangkan, maka jadilah kenangan tidak menyenangkan tentang teman.
Sebaik apapun kita menciptakan kenangan, bila kehendak Tuhan memberikan teman yang menyulitkan, maka jadilah teman yang menyulitkan.
Sehingga, teman dan kenangan, semuanya bergantung pada Tuhan.
Karena dimana ada teman, disana ada Tuhan yang mempertemukan.
Dimana ada kenangan, disitu ada Tuhan yang menciptakan.
Teman dan kenangan, juga bisa dipalsukan.
Teman yang tidak ada di dalam kenangan, artinya teman yang dipalsukan.
Kenangan tentang teman tanpa memiliki teman, artinya kenangan yang dipalsukan.
Kenangan dan teman, awan dan hujan, kita dan Tuhan.
Untaian timbal balik, yang... tanpa ada salah satunya... kita memalsukan.
Tak sempurna.
Janggal.
Aku tak pernah membicarakan awan dan hujan. Tapi kenapa mereka tiba-tiba ditampakan?
bukan karena lupa. Justru aku ingat. Karena keduanya ada dalam kenangan, antara aku, teman, dan Tuhan.
Jakarta, 1 Februari 2016
Ratna S Gandana
Tanpa teman, tidak akan ada kenangan bersama teman.
Dengan adanya kenangan, teman akan menjadi teman yang dikenang.
Dengan adanya teman, akan ada kenangan bersama teman.
Teman dan Kenangan, bisa dipisahkan oleh kenangan yang diinginkan.
Teman dan kenangan, akan indah bila disatukan.
Teman dan kenangan, akan menyakitkan bila disatukan.
Teman dan kenangaan, semua diatur oleh Tuhan.
Sebaik apapun kita berusaha untuk berteman, bila kehendak Tuhan memberikan kenangan tidak menyenangkan, maka jadilah kenangan tidak menyenangkan tentang teman.
Sebaik apapun kita menciptakan kenangan, bila kehendak Tuhan memberikan teman yang menyulitkan, maka jadilah teman yang menyulitkan.
Sehingga, teman dan kenangan, semuanya bergantung pada Tuhan.
Karena dimana ada teman, disana ada Tuhan yang mempertemukan.
Dimana ada kenangan, disitu ada Tuhan yang menciptakan.
Teman dan kenangan, juga bisa dipalsukan.
Teman yang tidak ada di dalam kenangan, artinya teman yang dipalsukan.
Kenangan tentang teman tanpa memiliki teman, artinya kenangan yang dipalsukan.
Kenangan dan teman, awan dan hujan, kita dan Tuhan.
Untaian timbal balik, yang... tanpa ada salah satunya... kita memalsukan.
Tak sempurna.
Janggal.
Aku tak pernah membicarakan awan dan hujan. Tapi kenapa mereka tiba-tiba ditampakan?
bukan karena lupa. Justru aku ingat. Karena keduanya ada dalam kenangan, antara aku, teman, dan Tuhan.
Jakarta, 1 Februari 2016
Ratna S Gandana
Sabtu, 02 Januari 2016
Konflik: Perayaan Tahun Baru
Dua malam sebelumnya, adalah malam tahun baru. Hampir semua orang meraayakannya, salah satunya dengan kembang api.
Malam itu, aku dan beberapa sepupuku naik ke atap, menyaksikan kemilau langit yang dihiasi oleh kembang api yang saling sahut menyahut selama lebih dari setengah jam, tiada henti. Tepat dalam hitungan 10, kami menghitung mundur. Kemudian diakhiri dengan "HAPPY NEW YEAR!' yang kami teriakan.
Kami hanya meneriakannya, kemudian kembali excited dengan kembang api.
Pada malam itu, hampir semua orang bahagia, walau hanya dalam waktu beberapa menit. Malam itu orang-orang melepaskan penatnya, melupakan masalah yang sebenarnya sedang menerpa. Malam itu, semua orang bersyukur, karena ia bisa bertemu dengan malam tahun baru, yang sejak tahun baru kemarin, sangat diragukan bisa kembali bertemu.
Lalu, setelah itu, hari-hari berjalan dengan biasa saja. Tapi, setidaknya ada orang yang biasanya tidak bahagia, menjadi bahagia. Tertular dari kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.
Tetapi, dimana ada putih akan ada hitam, dimana ada panas akan ada dingin. Ada yang merayakannya, ada juga yang tidak.
Dan itulah yang hampir setiap tahun muncul di beranda media sosialku.
Perseteruan, apakah hal itu baik atau tidak. Halal atau haram. dll.
Padahal, orang-orang yang merayakan, hanya ingin mencapai kebahagiaan. Itu saja.
Mungkin, ada beberapa orang yang tidak bisa bahagia hanya dengan beribadah.
Mungkin, ada beberapa orang yang kebahagiaannya bisa didapat hanya dengan kebersamaan seperti ini.
Ini adalah hak. Mencapai kebahagiaan adalah hak setiap orang.
Terimakasih untuk yang mengingatkan dengan baik.
Untuk yang mengingatkan dengan kasar, semoga ibadah anda diterima.
Diterima, setelah menyakiti hati orang lain.
Ingat, dakwah itu mengajak, menyeru. Bukan memaksa.
Malam itu, aku dan beberapa sepupuku naik ke atap, menyaksikan kemilau langit yang dihiasi oleh kembang api yang saling sahut menyahut selama lebih dari setengah jam, tiada henti. Tepat dalam hitungan 10, kami menghitung mundur. Kemudian diakhiri dengan "HAPPY NEW YEAR!' yang kami teriakan.
Kami hanya meneriakannya, kemudian kembali excited dengan kembang api.
Pada malam itu, hampir semua orang bahagia, walau hanya dalam waktu beberapa menit. Malam itu orang-orang melepaskan penatnya, melupakan masalah yang sebenarnya sedang menerpa. Malam itu, semua orang bersyukur, karena ia bisa bertemu dengan malam tahun baru, yang sejak tahun baru kemarin, sangat diragukan bisa kembali bertemu.
Lalu, setelah itu, hari-hari berjalan dengan biasa saja. Tapi, setidaknya ada orang yang biasanya tidak bahagia, menjadi bahagia. Tertular dari kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.
Tetapi, dimana ada putih akan ada hitam, dimana ada panas akan ada dingin. Ada yang merayakannya, ada juga yang tidak.
Dan itulah yang hampir setiap tahun muncul di beranda media sosialku.
Perseteruan, apakah hal itu baik atau tidak. Halal atau haram. dll.
Padahal, orang-orang yang merayakan, hanya ingin mencapai kebahagiaan. Itu saja.
Mungkin, ada beberapa orang yang tidak bisa bahagia hanya dengan beribadah.
Mungkin, ada beberapa orang yang kebahagiaannya bisa didapat hanya dengan kebersamaan seperti ini.
Ini adalah hak. Mencapai kebahagiaan adalah hak setiap orang.
Terimakasih untuk yang mengingatkan dengan baik.
Untuk yang mengingatkan dengan kasar, semoga ibadah anda diterima.
Diterima, setelah menyakiti hati orang lain.
Ingat, dakwah itu mengajak, menyeru. Bukan memaksa.
Langganan:
Postingan (Atom)