Dua malam sebelumnya, adalah malam tahun baru. Hampir semua orang meraayakannya, salah satunya dengan kembang api.
Malam itu, aku dan beberapa sepupuku naik ke atap, menyaksikan kemilau langit yang dihiasi oleh kembang api yang saling sahut menyahut selama lebih dari setengah jam, tiada henti. Tepat dalam hitungan 10, kami menghitung mundur. Kemudian diakhiri dengan "HAPPY NEW YEAR!' yang kami teriakan.
Kami hanya meneriakannya, kemudian kembali excited dengan kembang api.
Pada malam itu, hampir semua orang bahagia, walau hanya dalam waktu beberapa menit. Malam itu orang-orang melepaskan penatnya, melupakan masalah yang sebenarnya sedang menerpa. Malam itu, semua orang bersyukur, karena ia bisa bertemu dengan malam tahun baru, yang sejak tahun baru kemarin, sangat diragukan bisa kembali bertemu.
Lalu, setelah itu, hari-hari berjalan dengan biasa saja. Tapi, setidaknya ada orang yang biasanya tidak bahagia, menjadi bahagia. Tertular dari kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.
Tetapi, dimana ada putih akan ada hitam, dimana ada panas akan ada dingin. Ada yang merayakannya, ada juga yang tidak.
Dan itulah yang hampir setiap tahun muncul di beranda media sosialku.
Perseteruan, apakah hal itu baik atau tidak. Halal atau haram. dll.
Padahal, orang-orang yang merayakan, hanya ingin mencapai kebahagiaan. Itu saja.
Mungkin, ada beberapa orang yang tidak bisa bahagia hanya dengan beribadah.
Mungkin, ada beberapa orang yang kebahagiaannya bisa didapat hanya dengan kebersamaan seperti ini.
Ini adalah hak. Mencapai kebahagiaan adalah hak setiap orang.
Terimakasih untuk yang mengingatkan dengan baik.
Untuk yang mengingatkan dengan kasar, semoga ibadah anda diterima.
Diterima, setelah menyakiti hati orang lain.
Ingat, dakwah itu mengajak, menyeru. Bukan memaksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar